Sudah pernah kejeblos baca salah satu curhatanku tentang sangat kepengennya aku menjelajah ke arah selatan benua ini? Kalau belum, silakan baca dulu biar afdhol, karena tulisan berikut ini adalah curhat lanjutannya. Yah, kejeblos lagi deh! Hi..hi..hi.
Sejak bulan November, aku sudah ancang2 pengen liburan ke satu wilayah di selatan yang di saat musim dingin masih hangat bermandikan sinar matahari dan gak bakal turun salju. Wilayah ini selain iklimnya lebih nyaman, juga memiliki banyak tempat wisata, baik wisata alam maupun amusement park (gampangnya: seperti dufan).
Karena terlalu bersemangat, maka ketika di salah satu situs ada penawaran sebuah kartu diskon yang bisa dipakai untuk memasuki berbagai tempat wisata dengan potongan sampai 50%, langsung saja aku beli. Tentu saja setelah diskusi dulu dengan suamiku dan meneliti lebih lanjut tentang kartu diskon ini. Maka dibelilah kartu itu dan seminggu kemudian sudah nyampe di rumah.
Beberapa minggu sesudahnya, di kota kami turun salju yang cukup tebal disusul dengan lapisan es yang licin. Mood kami langsung berubah jadi cemas membayangkan perjalanan yang bakal lebih berisiko karena jalanan mungkin akan bersalju atau licin karena lapisan es. Kalau di awal Desember saja sudah bersalju, bagaimana nanti di akhir bulan? Gaswatun nih.
Belum lagi ketika hitang-hitung total biaya menuju selatan, ternyata kami dihadapkan dengan angka2 fantastis yang bikin kecut. Mana bayaran kerjaanku banyak yang belum masuk gara2 klien yang mangkir dan juga ada beberapa yang memang belum jatuh tempo. Mosok aku harus beraksi bak tukang kredit panci yang ngejar2 orang yg mangkir bayar? Sebel!
Pikir punya pikir, akhirnya kami mengarahkan tujuan liburan akhir tahun ke kota besar yang ada di negara bagian kami. Loh, kok arahnya jadi menuju utara? Bukannya malah lebih dingin dan makin bersalju? Selain karena pertimbangan biaya, kami juga masih penasaran dengan sejumlah museum yang belum habis-habisan kami jelajahi selama liburan musim panas di kota tersebut. Kami masih bisa memakai kartu ASTC yang seperti mantra “sim salabim” bisa membuat kami masuk ke museum2 tersebut dengan gretong. Seorang teman kami yang pernah ke kota ini di musim dingin juga mengatakan bahwa kalau di perkotaan, udara tak terasa terlalu dingin karena hawa hangat dari dalam toko2 terkepung kumpulan gedung tinggi. Suasananya juga lebih indah karena banyak lampu2 hias menjelang natal.
Selama satu bulan lebih, kalau masih tersisa pikiran dan tenaga yang sudah terkuras oleh kerjaan, aku sibuk survei hotel dan tempat2 yang akan dikunjungi. Rancangan awal ke wilayah selatan masih ada, tapi gak diteruskan karena beralih ke rancangan ke the Windy City. Kartu diskonan untuk jalan-jalan ke arah selatan jga sudah dikembalikan dan tinggal menunggu refund alias uang kembali.
Rencananya, kami ingin menginap di tengah kota untuk liburan kali ini. Sekali-kali mencoba gimana sih tinggal di hotel yang mau kemana2 dekat dan tak usah menyetir minimal setengah jam dulu. Tapi hotel di tengah kota sama dengan tarif yang lebih mahal. Meskipun banyak yang menawarkan paket akhir tahun, tetap saja muahal. Apalagi ditambah biaya parkir di hotel yang bisa mencapai $24-48 per hari. Pingsaaaan!
Alhasil kami masih ketar-ketir sampai pilihan gak pergi sama sekali dan menunda hingga tahun depan juga sempat diwacanakan. Aku juga sudah pasrah deh, karena yang punya kata akhir adalah suamiku yang akan jadi pengendara mobil untuk perjalanan ini, seperti halnya perjalanan2 sebelumnya. Harap diketahui bahwa untuk perjalanan jauh, naik mobil alias road trip masih lebih murah dibanding naik kendaraan lainnya. jadi, meski pengen juga bisa naik pesawat yang gak menghabiskan banyak waktu atau naik kereta api yang gak bikin capek suamiku, pilihan buat kami ya cuma naik mobil. Jalan kaki juga bisa sih. Tapi gak jamin sampainya ke mana.
Baru dua hari yang lalu, suamiku tiba-tiba bilang gini, “Kita perginya ke selatan aja yuk!”
Hah? Hah? Hah? Gubraxxxxxxxx!!!!!
Paniiiik! Langsung deh aku cancel booking2 yang sudah dilakukan, mengubah jadual sewa mobil untuk yang kesekian kali, dan membuka lagi file lama untuk persiapan perjalanan ke selatan. Tak lupa ketika mampir ke perpustakaan, langsung pinjam buku travel’s guide untuk derah selatan itu. Aku juga sibuk mengontak lagi sejumlah pemilik condo yang akan kami sewa tempatnya dan kemarin sudah dibatalkan.
Wadoh! Wadoh! Untuk persiapan jalan2 3 hari saja aku butuh berminggu2, lah ini untuk ke selatan yg lebih jauh dan akan makan waktu lebih lama, kok cuma dikasih waktu 5 hari? Pingsaaaannnn!!!! Mana masih ada hutang kerjaan yang meski sedikit tapi kan komitmen juga.
Pagi ini akhirnya aku selesaikan semua tugas terjemahan dan akan bersiap beres2 rumah sisa kehebohan kerjaan kemarin. Lebih enak kalau pulang, rumah udah rapih kan. Baru kemudian aku akan menyusun jadwal perjalanan, budget rinci, dan persiapan packing. Mudah-mudahan kali ini suamiku dan aku gak berubah pikiran lagi.