Kalau di Jakarta kemarin heboh berita orang mengantre sampai rusuh dalam rangka mendapatkan ponsel Blackberry keluaran terbaru dengan diskon 50%, maka di AS ada yang namanya Black Friday (BF), alias Jumat Hitam yang jatuh sehari setelah hari Thanksgiving. Thanksgiving sendiri tidak ada tanggal tetapnya, karena dia jatuh di hari Kamis minggu ke empat di bulan November. Jadi kalau tahun ini jatuh di tanggal 24 November, maka tahun depan, misalnya, akan jatuh pada tanggal 22.
Black Friday adalah saat dimana hampir semua toko retail di AS memberi diskon gila-gilaan untuk barang2 tertentu, jadi gak semuanya dibanting harganya. Gila-gilaannya seberapa? Sebagai gambaran saja ya, salah satu barang yang menjadi incaran para pemburu BF adalah TV, dan d Best Buy, yang merupakan toko elektronik terkenal di AS, ada TV layar datar merek Sharp 42 inci (segede bagong deh) yang dijual seharga $199.99. Padahal rata2 harga TV dengan spesifikasi seperti itu bisa mencapai $600. Berarti diskonnya lebih dari 60%. Barang-barang favorit lain seperti mainan Xbox 360 dan PS3 dijual dengan diskon $100. Wajar saja kalau para konsumen ngiler dan bela-belain ngantri sampai sepanjang sungai mengalir. Kehebohan berbelanja juga disebabkan karena mayoritas penduduk di sini bersiap merayakan Natal dan saling bertukar hadiah.
Nah, uniknya, toko2 yang mengadakan Black Friday biasanya membuka pintu mereka di jam-jam yang tidak wajar. Ada yang buka toko jam 12 malam teng, ada juga yang jam 4 subuh, tapi ada juga yang “agak siang” seperti Radio Shack yang buka jam 5.30 pagi. “Karena keramaian toko berlangsung saat langit masih gelap, maka disebutlah saat itu sebagai Black Friday,” begitu kata teman kuliahku dulu yang berasal dari Malaysia.
Tapi ternyata setelah google sana-sini, bar ketahuan kalau julukan Black Friday mengacu pada keramaian di jalan raya yang menyebabkan kemacetan dan kesemrawutan gara-gara banyak warga yang pergi berbelanja. Dari sisi toko retail, mencoba menyodorkan alternatif makna BF sebagai saat mereka mulai mereguk keuntungan karena kalau dalam istilah akuntansi mereka, kerugian itu artinya masih di angka merah (memang ditulis dengan tinta merah) dan keuntungan ditulis dengan tinta hitam.
Dari manapun asalnya istilah itu, yang jelas BF sekarang sudah menjadi ritual tahunan dari konsumen di sini. Sebagian orang bahkan rela melakukan apa saja termasuk menginap semalaman di pelataran toko di tengah udara dingin menggigit bulan November. Menurut siaran berita lokal di kota kami, orang sudah mulai mengantre sejak hari Rabu, 23 November di depan Best Buy. Ada yang sampai mendirikan tenda, alias kemping di depan toko, dan yang tidak bawa tenda biasanya bawa tempat duduk lipat, berjaket tebal atau berselimut. Yang punya banyak teman atau keluarga besar, biasanya juga bergantian mengantre. Kami melihat sendiri seorang kenalan kami beserta keluarga dan rekan2nya dari Malaysia sedang aplusan, berganti giliran mengantre.
Apakah para pengantre BF semuanya berbaris manis seperti antrean yang kami lihat di depan Best Buy itu? Oh, belum tentu juga! Nafsu untuk memiliki barang berharga murah bisa mengalahkan kebiasaan antre orang sini. Tahun ini saja diberitakan ada seorang ibu yang menyemprotkan semprotan merica (pepper mace) kepada pengunjung lainnya demi bisa mendapatkan permainan Xbox 360. Tahun lalu, seorang pegawai Wal-Mart tewas terinjak-injak pengunjung yang menyerbu masuk ke dalam toko.
Selama bertahun-tahun tinggal di sini, kami belum sekalipun pernah merasakan mengantre saat BF. Bukannya tak tergiur, tapi secara teknis memang susah karena ada anak-anak yang masih kecil dan tak mungkin ditinggal apalagi dibawa ikut berburu BF. Sedangkan suamiku biasanya selalu ingin ditemani istrinya yang manis luar biasa ini kalau pergi kemana-mana, apalagi pergi belanja.
Hal lain yang menghalangi adalah, biasanya di tempat kerja suamiku ada acara Thanksgiving dinner yang baru berakhir jam 10-an. Nah, kalau sudah larut begitu baru pulang, gimana bisa cukup punya kekuatan untuk berburu BF? Yang ada, biasanya kami langsung pulang ke rumah dan tidur sampai pagi dan setelah langit terang baru mengunjungi toko2 tersebut, berharap ada sisa yang bisa dipungut. Tapi sayangnya, gak pernah ada tuh barang diskonan yang tersisa…he…he…he.
Sekali-kalinya kami mendapat barang berdiskon gede saat BF justru lewat belanja online. Yap, hampir semua toko daring (online) juga mengadakan BF meski diskonnya hampir tidak ada yang bisa menyamai diskon penjualan langsung di toko.
Tahun ini, Thanksgiving dinner ditiadakan karena boss-nya suamiku punya acara lain. Hal ini membuat ide untuk mencoba keberuntungan di saat BF mulai muncul dan menari2 di kepala kami. Tapi gimana nanti teknisnya? Terus kira-kira mau mencari barang apa dan untuk apa? Eman-eman kalau beli padahal gak butuh. Sampai dengan sore hari di tanggal 24, kami masih belum memutuskan jadi ikutan BF apa tidak.
(Bersambung)
Sumber: Pengalaman pribadi dan dari sini. Foto didapat dari sini, situ, dan anuan.