Suka Duka ‘Kejeblos’ Sana Sini – Bag. 2

Belum sampai lulus, aku sudah sibuk cari kerja barengan dengan teman2 senasib dan sepenanggungan. Aku sadar lapangan kerja makin sempit, jd harus sejak awal berburu kerjaan. Aku tidak mengincar pekerjaan yg spesifik, yg penting kerja dulu, biar ringan beban orang tuaku. Lagi2 aku ‘kejeblos’. Dua org temanku mengajak aku ikutan tes tertulis langsung (walk in) di sebuah lembaga kursus lumayan ternama. Aku sebenarnya kurang tertarik, masalahnya biarpun ceriwis aku ini amat sangat pemalu. Meski pernah beberapa kali manggung lenong…eh..bukan ding… nyanyi di sekolah…tetap saja tiap kali tampil di depan org banyak pasti sakit perut dan, ini yg memalukan, kentut2. Jadi guru bukannya harus tampil dpn kelas? Ahhhh…tidaaaaakkkk! Namun karena solider dengan teman dan juga terpicu keingintahuan…sesulit apa sih tesnya, aku jalani juga tes itu berbarengan dengan kedua sahabatku.

Hasilnya? Mengagetkan. Dari kami bertiga, ternyata cuma aku yg lolos ke babak tes berikutnya. Alhamdulillah. Selanjutnya aku ikut training intensif selama sebulan dan walahhhh….jadilah aku guru kursus bhs. Inggris. Sama spt. waktu baru masuk kuliah dulu, aku akhirnya menikmati profesiku. Baru juga aku tahu bahwa guru itu juga manusia. Di balik keseriusan mengajar, ada canda tawa di ruang guru dan juga hubungan manis dng murid2 di dalam dan di luar kelas. Di balik beberapa menit tampil depan kelas, ada persiapan berjam2, memeras otak memancing kreatifitas agar aktivitas di kelas gak membosankan, dan juga perhatian personal pd tiap2 murid (si Arif perlu memperbaiki pronunciation-nya, si Ela harus lbh berhati2 dlm penggunaan kata kerja untuk org ketiga…begitu misalnya).

Di tahun ketiga mengajar, seorang temanku memberikan ‘bocoran’ tentang lowongan mengajar di sebuah perguruan tinggi swasta yg baru berdiri. Ia mengaku kenal dekat dan masih kerabat dengan ketua jurusan sastra inggris di situ. Aku sebenarnya ragu utk mencoba berpindah jalur (meski gak jauh2 banget), apalg di tempat skrng aku baru saja mendapat promosi. Lagi2 temanku ini yg malah ngomporin dan dengan niat coba2 aku akhirnya mencoba mengirim surat lamaran, dengan tanpa menyebut sama sekali nama temanku itu krn aku mencoba utk menghindar dr KKN.

(udah ahhhhh….nanti lagi deh…itu jg kalo masih tertarik baca)

8 thoughts on “Suka Duka ‘Kejeblos’ Sana Sini – Bag. 2

  1. aguskribo said: Coba saya jadi muridmu, mbak…Pasti englishku nggak jadi cincha lowra begeneeee….

    Makasih ya Gus mau terus baca…aku takut deh posting yg ini boring suboring…tp ada Agus yg setia nongol dan kasih comment…aduh senangnya.Sini Gus, aku ajarin…kelas jauh jadinya ya?

  2. di tingkat 4 , aku juga udah mulai cari uang..tapi jaga pameran…eh lumayan lah buat bayar sekolah, beli kacamata sendiri (karena berkacamata)…….dan beli baju..hi hi hi…

  3. rinita said: di tingkat 4 , aku juga udah mulai cari uang..tapi jaga pameran…eh lumayan lah buat bayar sekolah, beli kacamata sendiri (karena berkacamata)…….dan beli baju..hi hi hi…

    Kelihatan ya kalau pekerja keras sejak dini (gak mau bilang sejak muda…wong kita masih muda kan yaaaa? ehm). Skrng juga Rinita masih aktif kan. Kalau aku baru serius cari uang setelah lulus Rin. Sebelumnya ngajar2 privat sih. Jadi beberapa setelah wisuda aku langsung kerja.

Leave a reply to penuhcinta Cancel reply