[NYC series part 2] Emak Kece Pusing

Bayangkan situasi seperti ini: Anda harus menyiapkan sebuah rencana perjalanan selama dua minggu bagi sebuah keluarga yang terdiri dari dua orang dewasa dan dua anak kecil ke dua kota tujuan yang letaknya lebih dari 1300 mil dari kota Anda dan harus dapat melakukan segala persiapannya dalam tempo 3 minggu saja.

Bagi mereka yang sering bepergian jauh bersama keluarga dan melakukan persiapannya, pasti mengerti sekali betapa banyaknya hal-hal yang harus dipersiapkan. Mulai dari merancang anggaran, menentukan rute perjalanan, kota transit dan kota tujuan serta tempat-tempat yang akan dikunjungi selama di kota-kota tersebut, merancang transportasi, akomodasi, membuat daftar barang yang harus disertakan saat berkemas-kemas sampai dengan persiapan aktualnya merupakan daftar panjang pekerjaan yang musti saya lakukan. Sebagian besar membutuhkan riset mendalam yang walau tak ilmiah tapi cukup memakan waktu. Untungnya sekarang sudah ada fasilitas Internet, sehingga dengan meramban sana-sini, dalam waktu singkat kita dapat mengumpulkan banyak data.

Begitupun usaha persiapan saya kali ini. Dengan modal Internet tak terbatas berkecepatan unggah dan unduh 54 Mbps, saya berhasil mengumpulkan beberapa informasi berharga sekaligus melakukan beberapa pemesanan akomodasi dan tiket. Sebagai tambahan, saya juga menyewa beberapa buku perpustakaan (5 buku tepatnya) seputar perjalanan ke NYC dan DC yang akan saya baca cepat-cepat untuk menambah referensi.

New York City, seperti sudah diceritakan sebelumnya, merupakan kota pilihan pertama. Berhubung cuti yang didapat Sayang Cintaku adalah untuk dua minggu, maka rasanya kok sayang kalau dua minggu hanya dihabiskan di satu kota. Lalu, kalau memang ingin ke dua kota, kota mana lagi yang akan kami jelajahi? Entah kenapa, pikiran saya langsung teringat pada film Night at the Museum 2-nya Ben Stiller. Di film itu diperlihatkan kejar-kejaran seru antara bala tentara tokoh penjahat (mumi saudaranya raja Mesir bernama siapaaaa gitu yang bangkit kembali) dengan tokoh utama yang diperankan Ben Stiller yang didampingi Amy Adams (pernah main di Enchanted). Dan kejar-kejaran tersebut berlangsung di museum Smithsonian yang berada di Washington DC.

Aha! Bagaimana jika kandidat kota kedua yang dicari-cari ini adalah Washington DC? Tapi tunggu dulu… kira-kira berapa ya biaya masuk museum-mueum yang ada di situ? Jangan-jangan mahal. Let’s just see. Maka saya klik situs museum Smithsonian. Langsung kaget bukan main karena ternyata harga tiketnya…. jreng jreng jreng (drum rolls) GRATIS!

Oh Mama oh Papa, sungguh si Emak yang sangat gemar barang-barang gratisan ini menjadi sangat bersuka cita! Jadi total ada 19 museum di kompleks Smithsonian, dan semuanya… semuanya… gratisssss! Dan begonya, saya baru saja tahu tentang hal ini saat merancang liburan musim panas kemarin itu. Oalah Mak, kemane aje lu?

Akhirnya, mantap jaya sudah hati ini untuk menjadikan DC sebagai kota kedua yang akan kami kunjungi. Tapi berhubung kami memang lebih fokus ke NYC, maka porsi waktu untuk DC masih lebih pendek dibandingkan dengan porsi untuk NYC. Kami berencana menginap di NYC dari tanggal 4 sampai 11 Juli, sedangkan di DC dari 11 sampai 15 Juli.

Selanjutnya, persiapan transportasi. Ini sih gampang. Karena sudah pasti akan lebih mahal jika kami naik transport umum seperti kereta api, apalagi pesawat terbang. Maka pilihan jatuh pada bermobil. Meskipun mobil kami sudah termasuk jompo-jompo, tapi mudah-mudahan masih lancar dan bisa mengantar kami pergi dan pulang dengan selamat seperti halnya saat kami melakukan perjalanan ke pantai Daytona, Florida, tahun lalu.

Beres dengan transportasi, maka saya lanjutkan dengan persiapan akomodasi. Untuk yang satu ini, persiapannya cukup lama karena dua kota besar ini termasuk dua kota paling mahal di AS, apalagi untuk pelancong. Sialnya lagi, karena cuma berjarak tiga minggu dari hari-H, maka berkurang sudah kesempatan untuk bisa mendapatkan tarif kamar yang murah. Lupakan saja keinginan untuk bisa menginap dekat dengan pusat kota, karena harga kamar semalamnya bisa lebih dari 100 dollar. Dengan anggaran sangat terbatas dan kadar pengeretan yang tinggi, maka targetku adalah kamar senilai paling tinggi 75 dollar semalam dan kalau bisa tidak terlalu jauh dari pusat kota.

Beberapa hotel di bagian New Jersey yang berbatasan dengan NYC tadinya menjadi sasaran tembakku karena kedekatan jaraknya dengan Manhattan. Tapi sayangnya, transportasi umum di situ tidak termasuk jaringan NYC. Padahal rencananya selama di NYC dan DC, kami akan menikmati jaringan transport umum dengan cara membeli kartu pass-all you can ride. Kalau masih harus bayar transport atau membeli kartu lain lagi untuk di New Jersey, bisa tekor dong. Selain itu, beberapa ulasan tentang hotel-hotel yang ada di daerah situ juga kurang meyakinkan.

Selain harga dan lokasi, aku juga mengincar hotel yang paling tidak menyediakan kulkas dan microwave di kamarnya, syukur-syukur kalau bisa dapur yang lengkap sekalian. Berdasarkan pengalaman di Florida, anggaran berhasil kami tekan berkat adanya dapur di penginapan yang berarti kami tidak harus makan di restoran. Masak sendiri dan membawa bekal yang disiapkan sendiri, meskipun cuma masakan sederhana, juga disarankan di salah satu buku referensi yang aku baca.

Tapi dari calon-calon hotel di NJ, tidak satupun yang menyediakan fasilitas kulkas dan microwave. Kalaupun ada, letaknya di daerah berbahaya yang meja resepsionisnya dilapisi kaca anti peluru (menurut ulasan/review). Bisa dibayangkan lokasinya ada di wilayah seperti apa.

Di saat sudah sangat pusing dan hampir putus asa mencari tempat menginap, saya teringat alternatif lain yang mustinya sudah saya pikirkan sebelumnya: menyewa apartemen orang seperti saat di Daytona. Loh? Tapi bukannya sewa apartemen di NYC pasti mahal? Ya usaha cari tahu saja dulu. Ya kan?

Sekali lagi saya kecewa, karena kebanyakan apartemen atau kamar di NYC sudah penuh atau dipesan. Maklumlah, bulan Juni-Agustus adalah masa liburan sekolah di negeri ini, jadi tak heran kalau para turis berbondong-bondong mendatangi kota-kota tujuan wisata.

Titik terang mulai terlihat saat saya membuka situs Airbnb yang sebelumnya sudah pernah saya tengok. Airbnb merupakan salah satu situs yang menghubungkan orang yang menyewakan apartemennya, baik seluruhnya atau sebagian saja (bisa satu kamar dari beberapa kamar yang ada di tempatnya) dengan para calon penyewa. Bagusnya, transaksi di Airbnb dilakukan melalui situs ini, jadi terasa lebih aman. Uang yang kami bayarkan baru bisa diambil oleh pemilik apartemen sehari setelah kami menginap di sana. Ini artinya memperkecil kemungknan penipuan.

Setelah meramban berhari-hari, akhirnya aku menemukan beberapa kandidat. Saya cukup pasrah melihat bahwa beberapa kandidat ini berlokasi jauh dari pusat kota. Tak apalah, yang penting masih terhubung dengan transportasi umum.

Upaya pendekatan dengan menyurati beberapa pemilik saya lakukan. Akhirnya pilihan jatuh ke
rumah seorang ibu bernama Joan. Lokasinya di Brooklyn NYC. Terus terang saya tak ada gambaran sama sekali seperti apa Brooklyn itu. Tapi dengan Google Maps, saya bisa lihat kira-kira jalan dan lingkungan di sekitar rumah si Joan seperti apa, dan menemukan dengan senang bahwa halte bus kota hanya satu blok dari tempatnya.

Dalam iklannya di Airbnb, Joan menawarkan sebuah studio yang baru direnovasi, lengkap dengan tempat tidur, kamar mandi sendiri (tak harus berbagi dengan pemilik), dapur dan ruang tamu. Dari foto-foto yang dipajangnya, saya melihat bahwa ruang apartemen tanpa sekat pembatas yang disebut studio ini sangat rapi dan tertata dengan baik.

Dari Google Maps, saya juga mengetahui bahwa jarak tempuh dari rumah Joan ke Manhattan memakan waktu 1 jam 20 menit. Lama ya. Bisa habis waktu di jalan dong. Tapi, berhubung Joan menawarkan harga yang cukup menawan, maka kami putuskan untuk mengorbankan lokasi demi kenyamanan lain dan harga. Dua minggu sebelum berangkat, urusan pemesanan akomodasi di NYC telah berhasil dilakukan. Lega rasanya.

Selanjutnya, saya merancang harus kemana saja selama di NYC. Berhubung waktunya makin dekat, maka saya mengandalkan pembelian paket tiket ke beberapa museum dan situs bersejarah di NYC. Memang tujuan utama ke NYC adalah untuk mengunjungi ikon-ikon NYC yang sudah terkenal ke seluruh dunia. Dan sudah sejak dahulu saya mengincar sebuah paket tiket yang menarik dan ditawarkan dengan biaya yang memikat. Paket ini bernama City Pass yang menawarkan tiket ke berbagai tempat di beberapa kota besar seperti NYC, Chicago, San Fransisco dan lain-lain. Dengan paket ini, kita bukan saja akan mendapat tiket dengan harga di bawah harga biasa, namun juga mendapat keistimewaan masuk tanpa mengantre. Dalam bayanganku, di musim liburan seperti ini, bisa dipastikan semua tempat wisata akan dipenuhi oleh para turis. Jika bisa memotong antrean dan langsung masuk dengan City Pass, pasti akan menghemat waktu dan juga lebih nyaman.

Serunya lagi, daftar tempat yang ada di City Pass NYC sesuai dengan tempat-tempat yang memang ingin kami kunjungi, seperti Statue of Liberty, Empire State Building, dan beberapa museum seni rupa. Akhirnya saya membeli City Pass secara daring (online). Beres? Belum sih, karena selanjutnya saya harus merancang tempat-tempat lain selain 6 tempat utama yang akan kami kunjungi dengan menggunakan City Pass. Di sinilah buku-buku yang saya pinjam dari perpustakaan menjadi sangat bermanfaat. Selain lokasi-lokasi terkenal, di buku juga dipaparkan latar belakang sejarah dari beberapa tempat yang membuat tempat-tempat itu semakin memikat hati.

Dari buku, aku jadi tahu sejarah singkat kota New York. Pada awalnya pulau Manhattan “dibeli” (ah mosok? dirampas kaliii) dari suku Indian oleh penjajah Belanda pada tahun 1626 dan dinamakan New Amsterdam. Dan kemudian mereka memagari wilayah itu dengan tembok kayu, sehingga wilayah bekas tempat tembok itu berdiri disebut sebagai Wall Street. Data kecil yang menarik seperti saat pendudukan Belanda, ada Walikota New York yang sering berpakaian dan berdandan seperti wanita juga disebutkan di buku panduan wisata itu. Lalu, kota ini beralih kepemilikannya dari Belanda ke Inggris pada tahun 1667. Yang tidak disebutkan di buku itu adalah bahwa sebenarnya NYC adalah hasil tukar guling antara Belanda dengan Inggris. Belanda menyerahkan NYC, sedangkan Inggris menyerahkan Suriname kepada Belanda.

Sejarah di balik Statue of Liberty hingga kisah tragis tentang arsitek jembatan Brooklyn yang meninggal karena kakinya terjepit kapal yang sedang berlabuh, saya lalap sembari tetap membuat rancangan perjalanan. Di program Excell aku buat rancangan anggaran, dan dengan dibantu Google Maps aku membuat rute perjalanan dan lokasi transit yang tepat (baca: yang tarif hotelnya murah meriah).

Persiapan tambahan lainnya adalah rancangan tempat makan atau restoran yang mungkin akan kami kunjungi selama di perjalanan atau selama menginap di NYC dan DC. Untuk hal ini, saya mengandalkan situs Zabihah yang menyediakan informasi resto halal di seluruh penjuru dunia. Dari situ saya jadi tahu bahwa ada beberapa restoran Padang di NYC, tepatnya di daerah Queens. Benar juga ya anekdot jaman dulu, bahwa yang namanya Resto Padang, di bulan juga ada! Selain restoran, saya juga mendata masjid-masjid yang tersedia sepanjang rute perjalanan dan di NYC serta DC.

Lalu, setelah rancangan untuk NYC 80% rampung, saya beralih ke DC. Tak beda dengan NYC, kota ini juga terkenal dengan tarif hotelnya yang tinggi. Untungnya, wilayah DC jauh lebih kecil daripada NYC. Sehingga, kalau kami menginap di luar DC sekalipun, jaraknya masih jauh lebih dekat daripada dari Brooklyn ke Manhattan. Syukurlah, tanpa memakan waktu lama saya menemukan sebuah hotel bintang 2,5 yang lokasinya hanya setengah jam dari pusat kota. Hotel bernama Howard Johnson ini menyediakan fasilitas yang sesuai dengan harapan kami, yaitu ada kulkas dan microwave. Sebagai bonus, hotel ini juga menyediakan sarapan pagi dan memiliki fasilitas kolam renang dan fasilitas mini bus yang bisa mengantar jemput ke dan dari stasiun kereta api, sistem transport yang kami pilih lagi sebagai sarana berkeliling kota. .

Untuk plesiran kali ini, saya dan suami tak merahasiakannya dari anak-anak dalam rangka membuat kejutan seperti pada acara jalan-jalan sebelumnya. Karena meminta pengertian dari anak-anak untuk membiarkan saya bercokol di depan lapie demi membuat perencanaan, maka saya sudah beritahukan pada mereka tentang rencana ke NYC dan DC. Lucunya, sampai menjelang berangkat, si bungsu masih saja belum percaya kalau kami benar-benar akan ke NYC. Dia pikir Mamanya cuma bercanda. Padahal sudah saya tunjukkan gambar-gambar kota dan juga bakal penginapan kami selama di dua kota tersebut. Tapi dia tetap saja tak percaya. Apa ini akibat sering “ditipu” ya oleh kami? He…he…he.

Sayangnya perencanaan untuk ke DC tidak sedetail seperti ke NYC. Saya cuma merancang urutan museum yang kira-kira akan kami datangi tapi dengan sangat fleksibel. Gratis ini, mau keluar masuk kapan saja boleh kan? Mau menclak-menclok dari satu museum ke museum lain juga bisa kan? Begitu pikir saya. Rute pulangpun tak terlalu saya pikirkan karena merasa masih bisa merancangnya nanti saat sudah sampai di NYC atau DC.

Seminggu sebelum berangkat, saya sudah mulai proses mengepak pakaian meskipun kopor baru diturunkan pada H-2. Yang penting proses seleksi pakaian dan pernik-perniknya telah dilakukan, jadi nanti tinggal masukkan baju ke dalam kopor. Dua hari dan sehari sebelum berangkat saya juga memasak perbekalan untuk di perjalanan berupa tahu isi dan arem-arem. I
nspirasi membuat arem-arem datang karena terkenang bekal yang dibuatkan Ibu saat dulu kami piknik ke pantai. Meski cuma memakai bumbu instan dan modal daun pisang yang sudah tersimpan di
freezer lama sekali, maka jadilah juga arem-arem ala Emak Kece yang cukup memuaskan rasa kangen pada masakan Ibu.





(bersambung)

85 thoughts on “[NYC series part 2] Emak Kece Pusing

  1. rengganiez said: Namanya juga anak-anakkkk..Mbak Sum sih pake acara posting arem2..jd malah ngomongin arem2 neh. Jangan dikeplak yah, mbak..

    wakakakakkakakakakakaaka….kl di slepet aja boleh?

  2. wuaah asik banget jalan2nya.. Gile si emak detail amat ngerencanainnya..kalo akyu mah langsung aje go show gak ada rencana2! Emang daun pisang bisa dimasukin freezer yaah.. gak berubah teksturnya jadi kaku ?

  3. aghnellia said: wuaah asik banget jalan2nya.. Gile si emak detail amat ngerencanainnya..kalo akyu mah langsung aje go show gak ada rencana2! Emang daun pisang bisa dimasukin freezer yaah.. gak berubah teksturnya jadi kaku ?

    oh iya, mo tanya yang sama soal daun pisangnya šŸ™‚

  4. rirhikyu said: udeh baca dunk ^_^teori gue dikit bukrata2 itung2an en logikague kuliah di IT :Psoal bugdet… xixixixixi.. lupakanlah šŸ˜›

    Iya sih, nasib gue aja yak kampusnya kampus sastra yang bacaannya satu truk.Sejujurnya Feb, aku tuh bukan tipe tertib budget. Bikin begini cuma kalo liburan doang. Bulanannya malah kagak..ha..ha..ha. Cuma dicatet aja segala pengeluaran. Itu juga yg rajin nyatet suami gue.

  5. rengganiez said: Namanya juga anak-anakkkk..Mbak Sum sih pake acara posting arem2..jd malah ngomongin arem2 neh. Jangan dikeplak yah, mbak..

    Udah biasa lageeee…. Inilah akrabnya MPers!

  6. aghnellia said: wuaah asik banget jalan2nya.. Gile si emak detail amat ngerencanainnya..kalo akyu mah langsung aje go show gak ada rencana2! Emang daun pisang bisa dimasukin freezer yaah.. gak berubah teksturnya jadi kaku ?

    Mel, ini kan pelampiasan gara2 aku gak ngantor..ha…ha..ha. Segala ide dan bikin rencana2 kayak gini sih dulu ada penyalurannya. Sekarang cuma sedikit, paling urus2 pembukuan semua order yang aku terima. Sekalian jawab Febbie yak. Jelas kalau baru ke luar dari freezer si daun pisang pasti kaku. Tinggal didiamkan di luar atau taruh di atas panci yang lagi dipanasin (kalau aku di panci buat mengukus si arem2), langsung deh dia gemulai lagi.

  7. daun pisang taroh di freezer? kereeeennn.. kog sama ya, mamaku juga kalu kemanamana kemping selalu bawa aremarem.. isinya macammacam.. ada oncom ada daging ada sayuran.. lainlain isi gitu, jadi kita cuma bisa nebaknebak kita dapat apa.. trus ngakak.. ngarep oncom malah dapat sayuran..

  8. aghnellia said: wuaah asik banget jalan2nya.. Gile si emak detail amat ngerencanainnya..kalo akyu mah langsung aje go show gak ada rencana2! Emang daun pisang bisa dimasukin freezer yaah.. gak berubah teksturnya jadi kaku ?

    beda lah m.amel.. di negri orang kita kudu “belajar” kan? kalu dimari udah ada ancangancangnya..

  9. beautyborneo said: wih..asyiknya jalan-jalan..arem-aremnya bikin ngiler nih…

    Sama kan, sesama yang suka jalan2..he…he. Arem2nya emang enaaak deh. *biar tambah ngiler*

  10. tintin1868 said: daun pisang taroh di freezer? kereeeennn.. kog sama ya, mamaku juga kalu kemanamana kemping selalu bawa aremarem.. isinya macammacam.. ada oncom ada daging ada sayuran.. lainlain isi gitu, jadi kita cuma bisa nebaknebak kita dapat apa.. trus ngakak.. ngarep oncom malah dapat sayuran..

    Iya Mbak Tintin, biar awet karena di sini jarang2 ada. Pas di tokonya juga disimpan di freezer. Arem2 itu simple, mengenyangkan dan cukup bergizi (apalagi yg isi sayuran) makanya jadi andalan ibuku untuk acara piknik dan jalan2. Ibunya mbak Tintin kreatif! Aku sempat kepikiran sih untuk bikin isi macam2 tapi krn waktunya rada mepet, jadi cukup isi daging cincang.

  11. tintin1868 said: tapi ga bisa bikin arem2.. hikkzz..

    Lah? Bikin yang lebih ribet malah bisa yak? Arem2 gak susah kok mbak, cuma agak lama aja prosesnya. Aku cuka pakai rice cooker buat nanak nasi plus santannya, isinya tinggal oseng2 bentar pake bumbu instan, terus bungkus2 deh. Pas dikukus bisa ditinggal.

  12. zaffara said: aduuuuh…koneksi lemot, dari pagi buka postingan ini, baru bisa komen jam segini…..:'(

    Gak apa-apa mbak Win, aku masih terjebak depan lapie gara2 kerjaan kok. Makasih ya udah komen.

  13. zaffara said: wah mb Irma ini mantap kalau urusan persiapan, liburannya dijamin nyaman dah….*waaawww…ngeces liat arem2nya šŸ™‚

    Gak ada yang bisa menjamin sih mbak Win karena dalam prakteknya pasti banyak kejutan2 yang dialami. *tadahin ember* (bentar lagi keabisan ember)

  14. arem arem abis berapa lama. Foto apt punya ibu Joan difoto, tarifnya berapa? nggak perlu nyari hotel yanga da laundrynya ya? karena laundry ada dimana mana , gitu?…

  15. nitafebri said: kok daon pisangnya gak kering yaa..soalnya udah masuk frezer..jalan2 bawa bekel.. jadi inget itu kan khas emak2 yang emang pengen irit šŸ˜€

    Kering tapi bisa layu lagi kok… dipanasin aja. Hi..hi..hi.. emak2 jaman sekarang kalo gak ngirit ya pasti bisanya cuma bikin suami jadi korupsi aja.

  16. rinita said: arem arem abis berapa lama. Foto apt punya ibu Joan difoto, tarifnya berapa? nggak perlu nyari hotel yanga da laundrynya ya? karena laundry ada dimana mana , gitu?…

    Sehari itu belum habis, saking banyaknya. Besoknya ada yg kebuang..hiks karena udah keringetan. Bu Joan foto2nya menyusul Rin, nanti bareng dengan cerita pas sampai di sana. Tarifnya cuma 55 per malam. Di tempatnya Joan ada juga mesin cuci dan pengering, kami pakai 2 kali, bayar ekstra. Iya, yg namanya laundromat ada dimana-mana.

  17. waw asik. Perlu ditiru nih mbak Ir, planning yang ok bin kece ini. Persis seperti yang nulis. Beneran lho nih, memuji bukan ngeyek. Hehehe. Itu di belakang foto paan, mbak Ir? Putih2?

  18. sarahutami said: waw asik. Perlu ditiru nih mbak Ir, planning yang ok bin kece ini. Persis seperti yang nulis. Beneran lho nih, memuji bukan ngeyek. Hehehe. Itu di belakang foto paan, mbak Ir? Putih2?

    Jilbab jadi sempit neeehhh… kepalanya ngembang. Yg di belakang itu kerang, habis gak ada yg laen…ha…ha..ha.

  19. fendikristin said: hebaat! Mbak Irma well planned bangeet! aku mah mikirin apa yang mau dibawa aja uda riweuh..nyontek ide-nya ya Mbak…first project jakarta-jogja naik mobil hihihihihi

    He…he…he… makasih ya. Aku sebenarnya orangnya berantakan banget, terbukti dr rumah yg kayak kapal pecah. Makanya perlu banyak bikin planning karena kalau gak ada rencana yang tertulis, biasanya aku banyak lupanya dan sulit mengorganisir hal2 yang perlu diorganisir. Boleh, contek aja. Malah aku senang kalau ada manfaatnya untuk orang lain. Oya, jangan lupa cek mobil dulu kalau mau jalan jauh, urusan suami2 sih biasanya.

Leave a reply to tintin1868 Cancel reply